Likes: 0

Call Center : +112

BERITAMAGELANG.ID - Kesibukan terlihat di Dusun Ngandong Desa Ngargomulyo Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Aktivitas itu lantaran puluhan warga harus mengungsi.

Dusun yang hanya berjarak 8 km dari Gunung Merapi ini dihuni 144 jiwa. Pada Jumat (6/11/2020) proses evakuasi mulai dilakukan. Mereka akan mengungsi di gedung kantor PPP Tamanagung Muntilan.

"Ada 40 jiwa yang akan dievakuasi," kata ketua RT 01/10 Dusun Ngandong, Novianto di sela persiapan evakuasi.

Dari gelombang evakuasi pertama ini terdiri 22 lansia, dua ibu hamil, dan 10 balita. Sementara lansia paling tua bernama Mbah Bakri berusia 90 tahun. 

Diselimuti kedamaian, Dusun Ngandong berada di bantaran Sungai Lamat. Kontur tanah pemukiman berbukit dan terpencil. Akses satu-satunya warga adalah jalan aspal sempit yang hanya dapat dilalui satu kendaraan saja. Selain itu lokasi Dusun Ngandong juga jauh dari balai desa setempat.

"Jaraknya 1,5 km jalan berbelok dan sempit jadi evakuasi harus hati," lanjut Novianto.

Tidak ada kepanikan warga dari peningkatan aktivitas Merapi menjadi Siaga. Warga lain tetap beraktivitas seperti biasa di ladang bertani dan mencari rumput pakan ternak.

Di antara lansia warga Dusun Ngandong yang diungsikan adalah Senun 80 tahun. Kakek 4 anak dan 4 cucu ini mengaku mengalami erupsi sejak zaman pendudukan tentara Jepang di nusantara. 

Ingatannya masih sempurna, termasuk logat bicara khas warga lereng Merapi yang ramah. Dalam ingatan Senun, erupsi paling besar adalah ketika tahun 1960.

"Paling parah tahun sewidak (1960) mengungsi 3 tahun di rumah warga," ungkap Senun sambil mengemasi semua bekal untuk persiapan hidup di barak pengungsian. 

Bagi Senun tahun 1960 letusan Merapi sangat dahsyat. Lebih besar dari erupsi 2010. 

Pada tahun 1969 material lava pijar turun dari puncak Merapi secara besar ke alur Sungai Putih. Saat itu, jarak luncuran material panas erupsi Merapi menghanguskan sekitar Desa Salamsari Ngablak Srumbung.

Saat itu, lanjut Senun, semua warga lereng Merapi mengungsi. Beberapa diantaranya memilih program transmigrasi ke Lampung. Sedangkan Senun memilih bertahan di kampung halaman meski harus berjuang lagi menyambung hidup.

"Sini hanya rusak kayu-kayunya, warga sudah transmigrasi ke Sumatera," ujar Senun bersemangat.

Bagi kakek yang sempat mengenyam Sekolah Rakyat hingga kelas 6 ini peningkatan aktivitas vulkanik Merapi sudah menjadi kondisi lazim. Kakek Senun mengaku tidak takuk menghadapi aktivitas Merapi. Namun jika harus mengungsi ia siap, karena itu sesuai intruksi dari pemerintah.

Baginya Merapi adalah mahluk yang selalu memberi tanda saat akan erupsi. Tanda-tanda alam dari Merapi akan selalu ada, sebelum bencana melanda.

"Tengere angger kukuse muther (tandanya jika asap memutar). Warna ireng (hitam) tapi ambyar di atas. Terus muncul petir di sisi mana. Maka itu arah material akan dijatuhkan," jelas Mbah Senun seraya naik ke atas truk yang akan membawanya ke tempat pengungsian di Desa Tamanagung Muntilan Kabupaten Magelang.


Wahyu Hidayat
Creator
  • Categories: Berita Magelang
  • Created At: -