BERITAMAGELANG.ID - Perayaan Misa Syukur menyambut Tahun baru Imlek Tahun 5272/2021 di Gereja Katolik Santo Antonius Muntilan Kabupaten Magelang digelar secara berbeda dari tahun sebelumnya. Demi mencegah penularan Covid-19, Misa Ekaristi Imlek ini digelar secara virtual namun tetap penuh makna.
Prosesi misa imlek Minggu (14/02/2021) sore dipimpin Romo Paroki Paulus Agung Wijayanto. Dalam kesempatan itu ia menyampaikan bahwa Misa Imlek ini menjadi wadah orang beriman untuk bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan atas segala rahmat, dan rezeki yang diberikan selama tahun lalu. Selain itu untuk memohon tahun mendatang dapat keluar dari permasalahan yang mengancam kebersamaan selama pandemi ini.
Menurutnya, Imlek juga menjadi momen berbagi legitnya kue keranjang agar bersatu bak pekatnya kue keranjang. Atau seperti gerak barongsai dan iringannya yang menjadi harapan semoga umat selalu tegak di atas tonggak pijakan menghadapi masa pandemi ini.
"Kita tetap juga memohon supaya kemakmuran kesejahteraan kebahagiaan dikaruniakan kepada kita semua. Kita sebagai bangsa sebagai umat beriman juga dapat saling mendukung satu sama yang lain," kata dia.
Menurutnya, penggunaan ornamen khas simbol Tionghoa adalah kekayaan tradisi dan kekayaan batin yang penuh makna dan dibagikan seperti dominasi warna merah yang melambangkan kebahagiaan dan semangat di saat pandemi yang tidak mereda, namun tidak mudah patah semangat.
Persoalan pandemi bangsa, lanjutnya, tidak hanya soal covid-19 namun ada pandemi yang lain yang harus diatasi yaitu tidak mau bersaudara, bersahabat dan egois.
âSaya kira ini acara yang bagus punya kesempatan berbicara dengan umat langsung. Di samping itu misa ini ada berbicara pesan pesan toleransi baik bagi umat belajar toleransi dan hal positif lainnya,â pesannya.
Salah satu umat, Ardi Dharmawan mengungkapkan bahwa ia sudah mengikuti misa imlek di gereja ini sebanyak lima kali dan sudah menjadi tradisi yang digelar selama puluhan tahun. Untuk tahun ini tema Misa Imlek berbicara pesan toleransi dan hal positif lainnya. Karena Indonesia masih kondisi pandemi di samping beredar isu pemecah persatuan bangsa ini.
"Mungkin di Indonesia sudah jarang misa Imlek di gereja. Di Muntilan sudah menjadi tradisi dan tetap konsisten digelar terutama di bulan Februari," ungkap Ardi.
Misa imlek kali ini bagi Ardi dan umat lainnya tentu dirasa berbeda. Jika biasanya diramaikan liong samsi atau barongsai, hingga berbagi angpao kali ini hanya digelar secara virtual dengan jumlah umat yang hadir terbatas. Meski kurang meriah, prosesi misa tetap berlangsung khidmad.
"Kita menangkap esensinya saja dan mempertimbangkan keamanan. Jadi digelar secara virtual ini yang terbaik," ujar Ardi.
Sebagai puncak dari prosesi Imlek tahun Kerbau Logam ini adalah pemberkatan aneka bingkisan makanan yang kemudian dibagikan kepada masyarakat di sekitar Gereja Santo Antonius Muntilan.
Sesuai protokol kesehatan, prosesi misa hanya dihadiri sedikit umat di gereja yang juga digelar secara virtual. Peserta misa virtual berasal dari berbagai wilayah bahkan luar negeri, sehingga beberapa firman Tuhan disampaikan menggunakan bahasa Mandarin.