Likes: 0

Call Center : +112

BERITAMAGELANG.ID - Menjelang Hari Raya Nyepi, umat Hindu di Magelang menggelar upacara Melasti di sumber air Tuk Mas di Desa Lebak Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang, Jumat (8/3/2024).


Prosesi tersebut diawali dengan menyiapkan sarana upacara di Pura Wira Buana kompleks Akmil Magelang, dan dilanjut perjalanan menuju Tukmas menggunakan sejumlah mobil.


Sekitar 100 umat Hindu berpakaian adat Bali itu kemudian berjalan kaki menyusuri jalan kecil di antara persawahan menuju lokasi area parkir Tukmas. Arak-arakan pembawa sesaji, penjor (umbul umbul) itu diiringi musik gamelan Bali.

 

Usai mempersiapkan sesaji, dilanjutkan doa yang dipimpin oleh tokoh agama Hindu yang sebelumnya dilakukan pengambilan air di Sumber air Tuk Mas menggunakan jerigen dan wadah lainnya.

 

Di altar utama, dilengkapi berbagai sesajian sebagai simbol Trimurti, tiga dewa dalam agama hindu, yakni Wisnu, Shiwa, dan Brahma, serta Jumpana, singgasana Dewa Brahma.


Irama lonceng dari tangan Pemangku Pinandhito Jero, menandai dimulainya persembahyangan, pembacaan mantra diikuti ratusan umat yang khusyuk duduk bersila di atas tikar. Suasana pun berlangsung khidmat, di antara asap dupa dan suasana hening lereng Gunung Merbabu.

  

Penasihat Parisada Hindu Dharma Kabupaten  Magelang, I Gede Suwarti menjelaskan, bagi umat Hindu, Melasti merupakan simbol untuk menjaga keseimbangan Buana Agung atau alam semesta dan menyucikan diri atau Buana Alit ke tempat sumber kehidupan yakni air.


"Setelah bersih diri bersih lingkungan otomatis kita juga akan bersih pikiran, perbuatan dan perkataan juga bersih," kata I Gede Suwarti di sela kegiatan tersebut.


Bagi umat Hindu di Magelang, sumber air Tuk Mas dipercaya memiliki sejarah sebagai peninggalan Hindu tertua di Jawa Tengah yakni sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu, Kalingga, pada abad 6-7 Masehi silam. Pada prasasti tersebut terpahat simbol atau atribut Dewa Trimurti termasuk Padmasana yang merupakan simbol keharmonisan dunia.

 

Prasasti yang bertuliskan huruf Pallawa tersebut juga menceritakan bahwa sungai yang mengalir dari sumber mata air tersebut bak aliran Sungai Gangga.

 

Selain itu, Hari Raya Nyepi juga dilaksanakan sebagai sarana untuk introspeksi diri terkait sesuatu yang belum maupun telah dilakukan. Selanjutnya umat Hindu akan melaksanakan Simekrame, atau silaturahmi antar umat.

 

Ditambahkan Suardiasa, tema Nyepi tahun Saka 1946/2024 adalah Sat Cit Ananda Untuk Indonesia Jaya yang bermakna untuk selalu mengedepankan kebenaran dalam bernegara dan senantiasa mencapai puncak tertinggi yakni kebahagiaan hidup. Melalui tema tersebut, para umat Hindu juga diharapkan bisa menjaga suasana damai, guyub, dan saling bertoleransi kepada umat beragama lain.

 

"Kebahagiaan tertinggi tentunya bahagia jasmani, rohani. Tetapi kalau belum bahagia secara rohani dan jasmani secara otomatis Indonesia tidak akan maju. Maka perlu di sini bahagia dulu selaku pribadi maka akan berdampak meluas menjadi Indonesia maju makmur," pesannya.


Untuk tahun ini pihak Pura Wira Buana kompleks Akmil Magelang tidak menggelar prosesi Tawur Agung atau pawai ogoh ogoh karena kondisi paska Pemilu, dan banyak umat Buddha di Magelang yang tengah mudik ke kampung halaman.


Wahyu Hidayat
Creator
  • Categories: Berita Magelang
  • Created At: Jumat, 8 Maret 2024