Likes: 0

Call Center : +112

BERITAMAGELAG.ID-Bencana tanah longsor memang menjadi cerita yang setiap tahunnya terjadi di Kabupaten Magelang, walaupun dengan skala yang berbeda. Sebab, berdasarkan kajian risiko bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, mayoritas daerah di Kabupaten Magelang adalah rawan longsor dengan kategori sedang hingga tinggi. Bahkan, sejak awal tahun hingga akhir Februari 2024, telah terjadi 70 kali peristiwa bencana longsor dengan skala kecil hingga besar.

Melihat kondisi tersebut, Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Magelang mengambil langkah rehabitilasi lahan-lahan pasca longsor di Kabupaten Magelang. Pada tahun ini telah teragendakan tujuh lokasi daerah rawan longsor dan bekas terjadinya longsoran yang akan dilakukan penanaman tanaman vetiver.

Ketujuh lokasi yang akan dilakukan penanaman vetiver yaitu Dusun Gejiwan Desa Krasak, Dusun Pandansari Desa Kalisalak, dan Dusun Kembang I Desa Jebengsari Kecamatan Salaman. Kemudian di Dusun Tlahapjurang Desa Lesanpuro, Dusun Sabrang Desa Wuwuharjo, Kecamatan Kajoran. Selanjutnya di Dusun Miriombo Desa Giripurno, Borobudur dan Dusun Drepowangsan Desa Tejosari Ngablak.

Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kabupaten Magelang, Teguh Hardiyono, menjelaskan dipilihnya lokasi-lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan dan kajian yang sudah dilakukan pihaknya. Salah satunya yaitu kecukupan sinar matahari di lokasi yang akan ditanam Vertiver.

"Secara teori vetiver ini termasuk tanaman C4 karakteristik tanaman tersebut membutuhkan akses sinar matahari secara langsung, kebetulan lokasi-lokasi yang kita tanam berada di lokasi yang cukup ideal sinar mataharinya. Kemudian pertimbangan selanjutnya lokasi tersebut memang sudah beberapa kali terjadi longsor dan disitu ada hunian yang terancam," ungkapnya, Kamis, 21 Maret 2024.

Teguh mengatakan, dalam penanganan bencana prioritas utama adalah menyalamatkan jiwa manusia. Namun demikian upaya penanggulangan bencana dengan sistem penanaman vetiver bukan cara utama dalam upaya pencegahan tanah longsor.

"Perlu dipahami juga vetiver ini bukan segalanya, artinya harus ada pendekatan yang lain secara simultan dilakukan, contoh bagaimana mengatur tata Kelola air di sekitar, karena yang namanya bencana longsor itu kalau kita amati yang paling dominan karena faktor air, itu bisa kita cek," terangnya.

Mengenai sistem penanamannya sendiri, Teguh menjelaskan, sangat praktis, tidak mahal, mudah dipelihara, dan sangat efektif dalam mengontrol erosi dan sedimentasi tanah, konservasi air, serta stabilisasi dan rehabilitasi lahan.

"Vetiver juga mudah dikendalikan karena tidak menghasilkan bunga dan biji yang dapat cepat menyebar liar seperti alang-alang atau rerumputan lainnya. Keistimewaan vetiver sebagai tanaman ekologis disebabkan oleh sistem perakarannya yang unik. Tanaman ini memiliki akar serabut yang masuk sangat jauh ke dalam tanah saat ini rekor akar vetiver terpanjang adalah 5.2 meter," Jelasnya.

Akar vetiver diketahui mampu menembus lapisan setebal 15 cm yang sangat keras. Di lereng-lereng yang keras dan berbatu, ujung-ujung akar vetiver mampu masuk menembus dan menjadi semacam jangkar yang kuat. Cara kerja akar ini seperti besi kolom yang masuk ke dalam menembus lapisan tekstur tanah dan pada saat yang sama menahan partikel-partikel tanah dengan akar serabutnya. Kondisi ini bisa mencegah erosi yang disebabkan oleh angin dan air sehingga Vetiver dijuluki sebagai "kolom hidup".

Rian Kurniawan
Creator
  • Categories: Berita Magelang
  • Created At: Senin, 25 Maret 2024