BERITAMAGELANG.ID - Di tengah gempuran gaya hidup modern, jamu hadir sebagai warisan leluhur yang terus menyehatkan generasi bangsa. Racikan rempah dalam segelas jamu menyimpan filosofi hidup sehat yang telah teruji oleh waktu. Dari dapur tradisional hingga kafe kekinian, jamu membuktikan bahwa ramuan kuno tak lekang oleh zaman. Hal tersebut disampaikan Dwi Kuntari, Owner Jamu Deka saat pelatihan membuat jamu tradisional di Griya Mas Guru, Ngadisalam, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Sabtu (21/6/2025).
Ia mengatakan pelatihan meracik jamu ini bertujuan menghidupkan kembali kearifan lokal yang mulai terlupakan, sekaligus memberdayakan masyarakat agar mampu memproduksi ramuan herbal secara mandiri.
"Bukan hanya untuk menjaga kesehatan keluarga, tetapi juga membuka peluang usaha berbasis tradisi," ujarnya.
Menurutnya, peluang bisnis jamu sangat luas. Apalagi sekarang sudah memasuki era generasi Z yang semakin sadar akan gaya hidup sehat. Sejak 6 Desember 2021, jamu juga telah diakui secara resmi oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda, jadi pasar internasional pun kini semakin terbuka lebar.
"Pelatihan hari ini tidak hanya (diikuti) dari masyarakat umum, dari penyuluh pertanian, kader PKK dan para pengusaha jamu, dalam pelatihan ini kami memberikan pengenalan bahan dan pembuatan jamu secara basic," ata Dwi Kuntari.
Ia menambahkan, pelatihan ini adalah yang pertama kali diadakan secara mandiri. Sebelumnya, ia sering diundang untuk mengisi workshop, baik di kampus, sekolah, maupun oleh kelompok PKK.
Dalam pelatihan membuat jamu dijelaskan terkait bahan-bahan yang digunakan harus masih segar. Kesegaran bahan menjadi salah satu kunci agar jamu yang dikonsumsi memberikan efek maksimal bagi tubuh, dan tentunya rasanya pun akan jauh lebih enak. Selain itu, hindari memilih bahan-bahan yang sudah bertunas karena kualitasnya sudah menurun.
"Kali ini kami berinisiatif untuk mencoba menyelenggarakannya sendiri, dan alhamdulillah, kuota peserta pun terpenuhi, karena keterbatasan tempat, kami memang harus membatasi jumlah peserta yang bisa ikut hanya 25 orang," terangnya.
Salah satu peserta pelatihan pembuatan jamu yang merupakan Kader PKK Dusun Karaharjan, Desa Gunungpring, Muntilan, Ayu Murniasih mengatakan pelatihan ini tidak hanya bertujuan untuk menambah wawasan dan keterampilan dalam meracik jamu, tetapi juga sebagai bentuk pemberdayaan agar ilmu yang diperoleh dapat ditularkan kembali kepada ibu-ibu PKK di lingkungan masing-masing.
"Dengan memahami proses pembuatan jamu secara tepat dan higienis, diharapkan nantinya kami sebagai kader PKK di wilayah kami mampu mengedukasi para ibu ibu menjadi agen perubahan di tengah masyarakat, mendorong gaya hidup sehat berbasis rempah, dengan kreativitas dan kemauan, keterampilan meracik jamu dapat dikembangkan menjadi produk bernilai jual yang berdaya saing," harapnya.
Selain itu ia juga berharap ilmu yang dibagikan nantinya juga menjadi bagian dari upaya menjaga warisan budaya leluhur agar tetap lestari di tengah arus modernisasi.