BERITAMAGELANG.ID - Pondok Pesantren Tahfidz Hamid Hamzah menyelenggarakan Pengajian Akbar dan Gelar Karya Santri, di halaman SMP Muhammadiyah Inovatif Mertoyudan, Sabtu (21/6/2025). Pada kesempatan tersebut disampaikan pula tausyiah oleh Dr. KH. Ahmad Kasban Sarkawai, Lc., M.Si. Alhafidz.
Bupati Magelang dalam sambutannya yang diwakili Staf Ahli Bupati Magelang Bidang Kesejahteraan Sosial dan Sumber Daya Manusia, Azis Amin Mujahidin menyampaikan Gelar Karya Santri ini adalah bukti nyata dari kreativitas, inovasi, dan kemandirian yang tumbuh di lingkungan pesantren. Hal ini sebagai cerminan keberhasilan pondok dalam mengembangkan potensi para santrinya yang tidak hanya piawai dalam mengaji kitab atau menghafal Al-Qur'an, tetapi juga memiliki keahlian di berbagai bidang.
"Sungguh saya merasa bangga dimana acara tahunan ini di-manage sendiri oleh para santri usia SMP dan mendapat mengawasan langsung dari para musyarif," kata Aziz.
Ia menambahkan, selain mengajarkan kepada para santri belajar lapangan mengelola event, juga untuk menggali potensi P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dan tingkat kreatifitas dan inovatif dalam diri santri. Pemerintah Kabupaten Magelang sangat mendukung dan mengapresiasi keberadaan serta peran aktif pondok pesantren dalam pembangunan daerah, khususnya dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.
"Kami berkomitmen untuk terus menjalin sinergi dengan pondok pesantren agar pendidikan agama dan pendidikan umum dapat berjalan selaras, menciptakan generasi yang holistik dan siap menghadapi tantangan zaman," lanjut Aziz.
Ia berharap Pesantren Hamid Hamzah semakin maju, berkembang, dan senantiasa menjadi mercusuar ilmu serta akhlak bagi masyarakat. Untuk mendukung para santri untuk mengembangkan potensi terbaik.
Kepala SMP Muhammadiyah Inovatif Mertoyudan, Abdul Rohim mengatakan, sekolah tersebut merupakan amal usaha pendidikan Pondok Pesantren Tahfidz Hamid Hamzah yang memiliki tagline sekolah calon pemimpin. Sekolah membuka dua opsi pendidikan, seperti mondok di asrama siswa-siswi tinggal di lingkungan pesantren dan mengikuti kegiatan belajar mengajar serta program kepesantrenan. Sementara Full Day School bagi siswa yang memilih pulang setiap hari, tersedia program pendidikan penuh selama satu hari.
"Perpaduan sekolah formal dan pesantren, santri dibentuk tidak hanya unggul secara spiritual, tetapi juga cerdas, kreatif, dan mampu menghadapi tantangan global," kata Abdul Rohim.
Ia berharap keberadaan pesantren ini bisa membangun pendidikan dan bermanfaat untuk sekitar, serta menyiapkan generasi calon pemimpin.